Minggu, 23 Februari 2014

Takut

Aku sudah menghilangkan kunci hatimu
Sengaja, dan ya sengaja aku lenyapkan
Aku memang berniat takkan pergi
Bahkan beranjak pun tak terpikir

Walau aku harus dilontar
Walau aku harus bergetar
Walau aku harus terkapar
Sejujurnya aku tak akan pernah mau menginjakkan kaki ke luar

Dengan kaki gemetar, dan mulut yang terkatup
Menyanding kalut yang merutuk-rutuk di pergelangan perasaan
Aku yang datang tanpa kedigdayaan
Memeluk asa untuk memelukmu yang telah takluk
Bertelut dihajar dunia yang merajam dan merajah

Aku sadar kamu terhempas
Aku sadar bilik matamu sudah mencipta tempias
Aku sadar kamu telah terhenyak

Mungkin ini saatnya aku bertelut di hadapan
Menaikkan harapan tanpa disertai gelagapan
Aku meminta ampun dan memohon maaf kepada segala salah
Serta menaikkan syukur atas kesempatan mencintaimu

Aku hanya ingin menjadi seorang yang berarti
Bukan hanya sekedar memberi senyum tapi memberi hidup
Bukan hanya sekedar memberi ada tapi memberi lebih dari ada
Bukan hanya sekedar hadir tapi membuatmu bisa kembali tahir

Bila memang kamu terjatuh, aku akan memapahmu
Bila memang kamu berpeluh, aku akan menyeka dahimu
Karena aku ingin menjadi hidupmu
Karena bagiku, keberartianku adalah kamu

Aku takut bila kamu lelah kemudian berkata sudah
Karena tak ada lagi alasanku untuk menari bersama semburat hati
Karena tak ada lagi aliran sukacita yang menjalar di dentuman hati
Karena tak ada lagi alasanku, kamu

Aku terlalu takut bila aku tanpamu...
Apa aku pengecut? Bukan
Aku hanya takut kamu memberikan kunci baru kepada yang lain
Aku hanya takut kamu menggantikanku dari dalam hatimu
Ya, aku takut


-SC 2014-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar