Kamis, 16 Januari 2014

Jangan Seperti Nuh

Kepada yang Maha Kuasa,
Di atas sana

Dengan menurunkan kacak pinggang aku berucap
Bibir getarku melayangkan tanya kepada-Mu
Apa Engkau sedang tidak enak badan ya, Tuhanku?
atau
Apa Engkau sedang giat - giatnya mengajar kami untuk kembali kepada-Mu?

Jakarta, Manado engkau banjiri
Gunung di Sumatera engkau panasi hingga asap memayung tinggi
Pertunjukan kuat-Mu lewat alam gubahan-Mu

Maafkan kami ya Maha Agung
Jangan seperti Nuh, ya Maha Mulia

Apa di bumi bagian lain ada orang taat suruhan-Mu
Membuat bahtera di tengah gunung?

Ah, Tuhan
Jangan lepaskan air bah dahulu
Banjir di pelupuk mata kami bahkan enggan surut...

Ah siapapun kamu,
Boleh kami menumpang kapalmu?

Selasa, 07 Januari 2014

Pelukan

Setibanya aku di rumah peluk aku seeratnya

Barisan kata yang berbaris rapih mencipta kalimat
Meminta tidak lelah, memohon peluk tanpa sudah
Lekas berdoa menghabisi gundah
Agar tubuh didekap hilangkan segala lelah

Setibanya aku di rumah peluk aku seeratnya

Pinta dengan memelas mata berbinar
Sudut bibir tipis terangkat
Tak ingin lepas dari lengan yang menghangatkan
Berdiri di antaranya
Tangan pun melingkar di tubuh yang ingin terkapar

Setibanya aku di rumah peluk aku seeratnya

Kau tiba di persinggahan, menghempas tubuh di atas sofa
Menunggu ketibaanku yang juga butuh sandaran

Setibanya aku di rumah peluk aku seeratnya

Lengan merangkul tengkuk
Lengan melingkar pinggang
Merangsuk masuk ke dalam pelukan

Kamu sudah di rumah dan aku peluk seeratnya

Suno C. 2014
Kamar Tidur

Kejutan

Diam dalam persembunyian yang tak terlihat
Aku tak lepas dari pandang yang mengintai lekat
Diam dalam persembunyian menampi jerat
Aku tak lepas dari rencana yang tersimpan pekat

Melompat dan teriak
Ah, aku terhenyak tak segera membalas
Meminta jawaban dari rahasia yang tidak tertebak
Ternyata disimpan perlahan di antara sebuah tempias

Senyum manis tergurat
Melengangkan tarikan - tarikan urat
Tawa cantik bahu bersandar cinta yang berat
Memberi hentak agar hati tidak berkarat

Buku - buku dan selembar baju
Menyapu menafaskanku memburu
Aku terharu
Hadiahmu, cium menempel hangat di bibirku

Suno C. 07012014
Kamar Tidur

Minggu, 05 Januari 2014

Vierena

Izinkanku berhikayat padamu, wahai semesta

Berkisah pada bayu berhembus menggoda dedaunan ikut menari

Berkilah perihal cinta itu susah pada raja siang di hujung langit

Mendongeng pada sekumpulan tetes air jatuh dari bulu domba di atas sana


Aku mulai


Dia gadis

Seorang keturunan Hawa pencipta siuman lubuk sanubari

Melapukkan napak tilas genggaman hati yang mati suri

Berdetak menghentak, menatap paras elok di hadapan netra


Kulit putihnya iri-kan butiran salju yang merasa paling putih

Mata lentiknya cemburu-kan bunga yang merasa paling cantik

Bibir indahnya kesal-kan kupu – kupu yang merasa paling indah

Pemilik ayu terindah di bawah kolong langit


Lentera tak padam dia nyalakan di balik amor diriku

Telusur lekuk – lekuk hidup yang manis terkadang mengiris

Bersedia di sisi egoku yang meminta hati dan juga diri

Anggukan anggun mufakat dia sedia menemani


Halo, senja jingga, fajar kuning, langit biru, dan awan putih

Layakkanku untuk perkenalkan wanita di sebelah kiriku

Wanita pelengkap tulang rusuk, juga pengisi istana perasaanku

Separuh dari penuh memoar diriku

Vierena, nama cantik dari cantik yang bersanding denganku.


Kiranya hikayatku terkumandang padamu, wahai sang semesta


Aku selesai


Suno C. 2013