Sebelum
aku mulai. Aku ingin memberitahumu bahwa aku sedang menyeruput kopi dengan
campuran susu kental manis yang kamu perkenalkan dahulu. Di saat kamu dengan
sengaja memberikan minuman itu dengan kedipan lalu berbisik, pria setampanmu pasti tidak suka dengan kopi
hitam yang pahit kan? Aku mencampur susu kental manis didalamnya, semoga kamu
suka dan semakin manis ya. Sedikit memori yang kuciptakan untuk prologku.
Baiklah,
izinkan aku memulai.
Tulisan
ini karena dirimu.
Kamu
mendapatiku dengan segenggam bungkus rokok mild
di tangan kanan, dan telunjuk serta jari manis kiriku mengapit sebatang nikotin
putih yang menyala di ujungnya. Kelakuan nakalku itu membuatmu sedikit
tersenyum dan bertutur dalam hati, lihat
saja, akan aku remas dan buang bungkusan rokok itu!. Dan sadarkah kamu
kasih. Ketegasanmu dahulu mengajarkan aku, bahwa kamu mencintaiku beserta juga
kesehatanku. Tidak bisa ku berkilah, bahwa aku pensiun dari asap jahat itupun,
karena dirimu.
Kamu mendapatiku bermanis – manis
ria dengan wanita – wanita yang jelas kalah cantik dari dirimu. Kelakuan
nakalku itu membuatmu sedikit tersenyum dan bertutur dalam hati, lihat saja, akan aku buktikan bahwa tidak
ada yang lebih baik untukmu selain aku!. Dan sadarkah kamu kasih. Ketenanganmu
dalam menghadapiku, meruntuhkan segala kehebatanku dalam menaklukkan perhatian
banyak gadis, dan bertekuk lutut di hadapanmu. Kamu mengajarkan aku, bahwa kamu
mencintaiku beserta juga cinta utuhku. Tidak bisa ku berkilah, bahwa aku
pensiun menjadi seorang player itupun,
karena dirimu.
Kamu mendapatiku berkeluh kesah dalam
menghadapi segala tantangan dan masalah kehidupan. Seakan – akan aku siap mati
dan dijemput paksa iblis – iblis kecil di sisi kiri. Kelakuan nakalku itu
membuatmu sedikit tersenyum dan bertutur dalam hati, lihat saja, akan aku bantu dan ubahkan dirimu serta kehidupanmu!.
Dan sadarkah kamu kasih. Segala hal kerelaanmu dalam menguatkanku berhasil, dan
menciptakan sesosok jiwa baru yang selalu segar didampingi dengan cinta yang rela
berbagi. Kamu mengajarkan aku, bahwa kamu mencintaiku serta segala kehidupan
dukacita serta sukacitaku. Tidak bisa ku berkilah, bahwa aku pensiun menjadi
seorang pecundang itupun, karena dirimu.
Kamu mendapatiku bergetar hebat tak
menentu, laiknya manusia yang kehilangan cengkeramannya terhadap gravitasi
bumi, kegugupanku di saat aku dan kamu menyatu dalam sebuah persatuan suci,
pernikahan. Kelakuan nakalku itu membuatmu sedikit tersenyum dan bertutur dalam
hati, lihat saja, akan aku yakinkan dan
kuatkan dirimu, dengan hadirku selalu untukmu di setiap jengkal perjalanan
hidupmu!. Dan sadarkah kamu kasih, keyakinanmu terhadapku tampar segala
ketidaksiapanku. Engkau mengajarkan aku untuk terus melangkah dalam cita dan
cinta bersama, yang telah kita susun indah dan akan kita rangkai bersama –
sama. Tidak bisa ku berkilah, bahwa aku pensiun dari sifat ragu – raguku itupun,
karena dirimu.
Hai
kasih, kopi hitam dicampur susu kental manis buatanmu yang telah habis ini
tetap menjadi yang ternikmat untuk lidahku. Dan saat ini, sebelum kata ini
ditulis, kamu sudah hadir dan membaca sedikit rangkaian kalimat yang tertulis
dalam word ini. Kamu tersenyum dan
mengecup bibirku sekali, manis.
Aku
mendapatimu dengan segala ketegasan, ketenangan, kerelaan, dan keyakinan yang
kamu gabungkan cantik dengan cinta luar biasa dari dirimu untuk diriku.
Maka
dari itu, sedikit tentangmu sudah terangkai rapih dalam cerita di atas ini.
Dan
sekarang izinkan aku untuk mengakhiri esai ini. Itupun, karena dirimu.
:*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar